Tulisan ini meletakkan Kwitang Akkoord (Persetujuan Kwitang) sebagai titik tolak untuk menganalisis sikap politik Gereja Indonesia –khususnya yang berada di Jawa—di tengah zaman peralihan: dari kolonialisme ke revolusi dan ke kemerdekaan Indonesia. Berkaitan dengan politik Hindia Belanda, persetujuan ini menjadi penanda bahwa gereja-gereja di Indonesia berusaha untuk keluar dari dominasi pemikiran teologi politik Belanda dengan menempatkan relasi kegerejaan secara setara antara gereja-gereja di Belanda dan Indonesia. Melalui relasi seperti itu, Gereja di Indonesia menjadi lebih mandiri dalam menentukan sikap politiknya, khususnya berkaitan dengan kolonialisme. Sikap politik seperti ini berdampak pada rumusan teologis tentang identitas gereja-gereja di Indonesia. Dalam konteks peralihan dari era Belanda ke era Jepang, berdasarkan sikap mandiri secara teologi-politik menjadikan gereja-gereja di Indonesia bisa turut terlibat dalam Gerakan Nasionalisme, dengan berusaha menyatukan kekuataan gereja-gereja yang terpecah dalam satu Gerakan nasionalisme –yang berpuncak pada lahirnya Dewan Gereja-gereja di Indonesia. Sementara, dalam era kemerdekaan, hal itu diwujudkan dalam keterlibatan gereja mendukung lahirnya partai politik Kristen sebagai saluran aspirasi kaum kristiani di Indonesia muda. Semua itu tidak akan pernah terwujud dalam gerak gereja-gereja di Indonesia, kalau Kwitang Akkoord tidak pernah ada. Dengan demikian, persetujuan itu menjadi salah satu tonggak penting dalam menganalisis Gerakan dan keterlibatan gereja-gereja di Indonesia dalam bidang politik dan nasionalisme. Menggunakan pendekatan sosiologis-historis, terlihat bahwa peran penting Pdt. Basuki Probowinoto. Dialah yang mencoba memprakarsai persetujuan itu sebagai titik tolak kemandirian gereja. Sejarah hidup, Pendidikan dan pelayanannya yang luas memberikan dia dasar dalam memprakarsai Kwitang Akkoord sebagai bagian penting pembentukan identitas otentik gereja-gereja secara nasional tanpa kehilangna relasinya (yang setara) dengan gereja lain sebagai bagian dari kesatuan di dalam Gerakan ekumenis. Perjuangan kemandirian ini masih terus berlanjut di era pembangunan dengan memberdayakan asset zending –yang berasal dari gereja-gereja di Belanda—untuk kepentingn kehidupan masyarakat di tiga bidang dasar: Pendidikan, Kesehatan dan Pelayanan sosial. Singkat kata, Kwitang Akkoord, tonggak kemandirian teologi dan politik gereja-gereja di Indonesia terkait erat dengan peran Pdt. B. Probowinoto, yang meletakkan dasar historis-teologi nasionalisme Kristen Protestan di Indonesia.
NASIONALISME PROBOWINOTO: Kwitang Akkoord, Gereja, dan Nasionalisme
© Suwarto Adi
Sociology of Religion Department, Faculty of Theology,
Satya Wacana Christian University
Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2022
viii + 164 halaman: 14,5 x 21 cm
ISBN: 978-623-8035-…
Penata Isi: Agvenda
Desain Cover: Agung Istiadi
Cetakan I: November 2022
Weight | 0,4 kg |
---|---|
Dimensions | 20,5 × 14,5 × 0,4 cm |
Related products
Umum
Rp 85.000
Rp 75.000
Rp 75.000
Rp 45.000
Rp 75.000