Buku puisi Esthi Susanti Hudiono ini memperkaya kita tentang makna pencarian spiritual ini. Puisi selalu lebih kaya dan bermakna dari narasi ilmiah dan filosofis. Itu kekuatan buku
puisi ini. Esthi memantau cara batinnya bekerja, ia berselancar mengikuti alun mentalnya. Proses mawas diri menggenapi 8 windunya itu menghadiahinya rasa bertujuan, mengADA
Myra Diarsi
Aktivis Feminis Padepokan GAIA
Ribuan tahun manusia terarah pada pencarian akan Yang Suci, atau pencarian spiritual. Ribuan tahun manusia mendapatkan makna dari pencarian yang terus menerus akan yang suci ini. Baru di masa modern ini saja, manusia menjadi sekular, dan menganggap tidak ada Yang Suci itu. Syukurlah dewasa ini, di tengah kehidupan yang semakin sekular, ditemukan kembali rasa kesucian tersebut.
Budhy Munawar-Rachman
Dosen Filsafat STF Driyarkara
Himpunan puisi Esthi Susanti ini merupakan manifestasi puncak capaian pencarian ekspresi atas berbagai kiprah dan lakon kehidupan yang dijalaninya. Setelah ekspresi berupa pertuturan lisan, tulisan atau artikel populer, dan buku ilmiah populer, pada akhirnya Esthi berlabuh pada ekspresi puitis. Esthi menemukan puitika sebagai kendara ekspresi perjalanannya mengarungi laut kehidupan yang dipilih dan dijelajahinya. Dalam
himpunan ini, puisi-puisi Esthi Susanti menggambarkan sebuah keutuhan sekaligus stasiun-stasiun perjalanan dan penjelajahan dalam pencarian dan penemuan diri manusia. Seperti karya-karya terkemuka perkara pencarian jati diri manusia, misalnya Divine Comedia-nya Dante, Musyawarah Burung-burung-nya Attar, dan Alkemis-nya Celho, puitika puisi-puisi Esthi sampai pada entitas absolut kehidupan, yaitu Sang Mahahidup, yang oleh Esthi disebut Sang Ada. Kendati terkesan perjalanan dan penjelajahan itu tak mudah atau perlu usaha penuh keberanian, pada akhirnya Esthi menemukan “sangkan parane dumadi” yang disebutnya “perjumpaan dengan Sang Ada”. Inilah stasiun terakhir yang dicapai Esthi setelah melewati berbagai stasiun-antara. Di sinilah puisi Esthi menampakkan persatuan eksistensial, bukan esensial, humanitas ke
dalam spiritualitas. Tak pelak, himpunan puisi Esthi ini mengejawantahkan puitika spiritual yang diperantarai oleh pelbagai stasiun antara humanitas.
Prof. Dr. Djoko Saryono
Guru Besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang